Malang, Indonesia – Kaprodi Tadris Bahasa Inggris Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang mendapat kehormatan menjadi invited scholars dalam konferensi Internasionalyang bertajuk International Conference on Interreligious Dialogue for Reconciliation and Resilience: Southeast Asia Focus Dialog yang diselenggarakan di Thailand. Acara ini terselenggara berkatkerjasama antara Institute of Science Innovation and Culture (ISIC) Rajamangala University of Technology Krungthep, Thailand, dengan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dihadiri oleh lebih dari 100 peserta, termasuk akademisi, tokoh agama, pemimpin masyarakat sipil, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara di Asia Tenggara.
Acara yang berlangsung pada 19 Oktober 2024 di Lee Garden Resort, Hatyai, Songkhla, Thailand di ikuti berbagai negara, seperti Thailand, Slovenia, India, Sri Lanka, Myanmar, Indonesia, dan Libya dll, bertujuan untuk membahas peace building, religious harmony, interfaith dialog antaragama, antarbudaya, dan antar bangsa dalam membina masyarakat yang inklusif dan tangguh. Konferensi ini menyoroti pentingnya kolaborasi lintas agama dalam mengatasi konflik dan membangun hubungan yang harmonis di masyarakat.
10 invited speakers dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memperoleh sponsor airfare grand dan Hotel akomodasi selama 3 dari UTK-ISIC dan salah satunya Kaprodi Tadris Bahasa Inggris Prof. Dr. Langgeng Budianto, M.Pd yang menyajikan artikel penelitian tentang : Bridging cultures through Language: Integrating Interreligious Values in In English Language Learning. Selain itu para akademisi yang turut juga mendapatkan kehormatan invited speakers adalah Prof, Dr. H.M Zainuddin, M.A (Rektor) yang menyajikan Isu tetang Religious Moderation di Indonesia dalam sesi Plenary Session. Sederet pakar interfaith dialog juga mendapat undangan kehormatan Prof. Hj. Umi Sumbulah, M.Ag., Dr. Isroqunnajah, M.Ag., Prof. Dr. Sri Harini, M.Si., Prof, Dr. Sudirman, M.Ag, Prof. Dr. Achmad Khudori Sholeh, M.Ag., Dr. Sulalah, M.Ag. Drs. Basri, MA., Ph.D dan Dr M .Yunus, M.Si yang mempresentasikan hasil penelitian terkait dialog antaragama di Indonesia. Kehadiran mereka menandai komitmen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam mempromosikan toleransi dan kerjasama lintas keyakinan sebagai bagian dari pengembangan perdamaian berkelanjutan.
Konferensi ini diawali dengan sambutan dari Kamol Rodklai, Ketua Komite Pendidikan, Penelitian, Ilmu Pengetahuan, dan Inovasi Senat Thailand, yang menekankan pentingnya dialog antar agama sebagai jembatan yang menghubungkan perbedaan dan membangun perdamaian. “Pendidikan adalah alat utama ntuk menciptakan inklusivitas dan empati. Dialog terbuka
Memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi potensi kolaborasi antar bangsa,” ungkapnya.Ia menggaris bawahi bahwa pendidikan agama yang moderat adalah kunci untuk menjaga perdamaian di tengah keberagaman.
Associate Professor Dr. Pichai Janmanee, Presiden Rajamangala University of Technology Krungthep, turut menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh peserta atas dukungan dalam program dialog anta ragama in khusunya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang menjadi mitra strategis.“Melalui inisiatif ini, kami berusaha memperkuat pemahaman antarbudaya dan menumbuhkan apresiasi terhadap perspektif yang beragam,” ujarnya.Menurut Janmanee, dialog terbuka sangat penting untuk menciptakan lingkungan akademik yang inklusif dan mendukung rekonsiliasi. Budaya dialog lintas agama dan budaya perlu dibangun dan diperkuat karena dipercaya dapat membantu menciptakan dunia yang lebih aman dan damai, terutama di tengah maraknya ancaman seperti ekstremisme dan terorisme.
Selain presentasi akademik, konferensi ini juga menjadi wadah diskusi produktif bagi para peserta untuk berbagi ide dan strategi dalammengatasi tantangan di masyarakat yang semakin plural.Para pembicara juga menekankan pentingnya pendidikan agama yang moderat sebagai langkah konkret dalam menciptakan lingkungan yang tolerandandamai.
Prof. Zainuddindari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dalam pidato pembukaannya, mengungkapkan bahwa moderasi beragama adalah fondasi penting untuk membangun rekonsiliasi di masyarakat multikultural.“Dialog yang inklusif dan penuh saling menghormati adalah jalan menuju masyarakat yang damai dan bersatu,” tegasnya.Ia juga berharap agar pertemuan internasional berikutnya dapat diadakan di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai wujud komitmen untuk melanjutkan kolaborasi lintas budaya dan agama.
Konferensi ini diakhiri dengan pemberian kenang-kenangan kepada parapembicara utama sebagai tanda penghargaan atas kontribusi mereka dalam memajukan dialog antaragama dan membangun ketahanan bersama. Kolaborasi ini diharapkan menjadi tonggak penting bagi pengembangan hubungan antarbudaya yang lebih baik di Asia Tenggara.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.